Laman


"tak ingin disebut pujangga, bodoh ataupun liar

cukup sebagai penyuka puisi dan cerpen "





Juni 16, 2011

Buana Mas


ilustrasi dr google
 Nama yang begitu indah,
Selalu mengenang dan mengiang diliang sanggurdi
Nama yang penuh arti,dalam sebuah sejarah kehidupan
Sebuah nama yang memberikan arti,
Betapa indahnya kau, betapa mahalnya kau
Tempat perpijak setiap insan, meniti kehidupan sekarang dan yang akan datang,
Dicari dan diburu, bahkan engkau disanjung diseluruh dunia

Kini namamu telah diabadikan menjadi buana mas,
Yang berarti dunia atau bumi kemilau mas
Tempatku berpijak, tempatku berteduh dan tempatku mengeluh.
Tempat bersambung rasa
Memahat dan mematri satu nama,
Namaku, namamu terpampang dialammu
Menambah hasanah alam semesta,
yang penuh hingar-bingar serta silaunya kemilau cahaya   


Mataram
Minggu, 21 Pebruari 1993
by_G u s t  Yo u r l l    


Duduk Bicara



Sejenak kumemandang lingkungan sekitarnya
Ada perasaan aneh serta merinding bulu sekujur tubuhku
Getaran jiwaku mulai membakar semua perasaan itu
Namun karena tempaan jiwa jualah yang mampu mengendalikan semuanya
Gejolak  bergemuruh perlahan tapi pasti mulai menurun
Aku menarik nafas dalam-dalam
Sudah sekian hari aku duduk menunggu dengan sabarnya,
Menanti kedatangannya, akhirnya engkau datang, tapi jauh dariku
Kucari, kujemput dan kuajak kau bicara .....,
Kududukkan kau, agar tenang, tenteram dan damai di hatimu
Duduk bicara dengan santun harapanku
Tapi apa yang terjadi, luapan emosimu begitu besar
Berefleksi sembilan puluh derajat

Kau terbakar dengan hawa nafsumu
Kau takut merasa disaingi
Kau takut karena telah terjadi,
Sehingga kau cepat-cepat mau  menghabisiku
Kau mencaci makiku, kau menyebut-nyebut kemampuanmu terhadap leluhur
Kau juga memamerkan kekayaanmu, kehebatanmu,
Kau mengatakan bapakku tak mampu apa-apaaa ....
Kau begitu bangganya atas kekayaanmu, begitu sesumbar kau didepanku,

Dalam hatiku, aku berkata, aku tidak gentar padamu, aku juga nggak takut mati, rupanya kau belum tahu siapa aku, aku bukanlah yang kau kenal waktu bayi

Aku nggak kau berikan kesempatan bicara
Kau bilang aku sombong, kau bilang aku bangsat dan entah apa lagi
Engkau mau memukulku, kuberikan alat dan kucarikan kau kayu, engkaupun tidak puas,langkah kakimu ringan masuk dapur ambil kampak, untuk membunuhku
Aku pandangi tanganmu ringan mengayunkan kampak,
Kampak berayun berkali kali laksana bunyi lebah menyambar
Di atas, di samping serta di muka kepala, namun aku tetap diam,
kau kampaki aku ibarat kayu api, mau dibelah-belah

Tapi sayang seribu sayang kau ketemu kayu yang kenyal.   ....
Tak seperti apa yang kau bayangkan, hanya sedikit luka,
Menjadi bukti bahwa aku duka, pedih,perih karena getahnya,
Akan membekas sampai akhir hayatnya

Dikubu, 28 Pebruari 1993
by_G u s t  Y o u r l l


Sikap




Mestikah aku diam, mestikah aku membisu, ataukah sudah cukup sampai disini?
Aku mesti hidup dan berkembang
Aku mesti banyak belajar daaan belajar lagi
Aku mesti belajar dengan orang bijak dalam kebijaksanaannya

Apakah ini wajar, ataukah angan-angan belaka ?
Apakah aku waras ataukah dalam keadaan terbius ?
Ataukah barangkali keimananku mulai memudar ?

Tidak...., tidak..., aku berteriak lantang
Aku harus mampu....,dan mampu...., bangkit dan bangkit

Biarlah orang-orang berkata
Biarlah orang-orang bercanda
Biarlah orang-orang tertawa

Aku tidak perduli, yang penting adalah ... 
Aku tetaplah aku,
Yang selalu mencari fakta dunia kehidupan atas kehendakNya
 
Sape, 12 Pebroari 1993
by_Gu s t  Y o u r l l


Kuali dan Cerek


ilustrasi dr google

Raut wajahmu, laksana kuali anyar tertimpa mentari,        
Roman wajahmu,putih bagaikan kapas tertiup angin,
Tatkala di rundung hujan,
Engkau berkicau dalam hati yang kacau
Takala diterpa api,
Engkau berlaga dialam yang penuh jelaga;
Hitam, kusam, keras sekeras lekuknya kuali

Cerek air meronta
Tertimpa air neraka
Elastis, kenyal, namun statis
                   
Tatkala tertimpa hujan, berganti terik mentari
Rapuh tapi angkuh
Rancu tapi acuh
Kilaunya engkau dapat tunjukkan gambar
Legamnya engkau dapat pudarkan gambar
Engkau adalah sejoli, ujung pandang
Diujungmu aku memandang,
aku  bertandang, dan
Diujungmu pula aku bertanding.


Ujung pandang, 4 Pebruari 1993
by_G u s t  Y o u r l l


Kenanganmu



Sebenarnya kata hati kita telah sepakat,
Melekat bulat menjadi satu,
Namun jurang yang kita hadapi begitu terjal,
Adakah yang bisa kita langkahi?
Jurang begitu tinggi,
Ternyata jalanpun yang kita lalui penuh durinya

Mampukah kita menjembati,melompati tuk menyeberangi?
Mampukah engkau menggenggam kedua belah mata pedang itu?
Bagiku tiada banyak masalah
Karena aku yakin tuhan maha pengasih, penyayang, pemurah lagi pengampun
Suatu saat nanti setitik debu akan berubah menjadi  permata
Biarlah orang melihatnya,
Dan menjadi kenangan yang tak terlupakan.


Sape, 31 Desember 1992
by_G u s t  Y o u r l l


Di Suatu Senja



Hari mulai senja ..............
Syahdu cahaya mentari ....
Menerangi hampanya dunia ......

Awan menebar tipis ............
Memerah laksana tembaga ..........
Menambah hening suasana

Hari mulai senja ................
Awan menerawang tipis, menyelimuti bola bening
Kabut tipispun melilit berlapis ............
Lembut laksana beningnya salju
                      
Mengelabui gemulai lenggok tubuhmu
Tiada keluh, tiada kesah ................
Hanya ada gemercik tawa yang resah

Hari mulai senja .................
Pertanda malam segera  tiba .............
Yang hanya melambaikan sembilu kelam

Sape, 26 Desembar 1992
by_Gust Yourll

Cita Karsa Pembangunan

ilustrasi dr google
Gayamu sejuta langkah....
Langkahmu sejuta karsa....
Berpacu di atas picu....
Mengacu  pada  titik  acuan

Gaya  cita  dan karsa....
Menopang langkah kuat ke depan....
Memancang pampang, tonggak berakar....
Memikul cita dan karsa yang perkasa....
Berlari mengejar bagian diantara duniaku

Demi tunggal tujuan, di atas falsafah  pancasila
Indonesia  jaya....
Indonesia  makmur...
Umatnya tenteram dan sejahtera di dalam kebinekaan.

Sape, 26 Maret 1992
by_Gust Yourll


“Karya ini rencananya buat Bapak Pembangunan Presiden Republik Indonesia : Soeharto. Sebagai ucapan Hari Raya Idul fitri 1992, namun gagal terkirim”