Laman


"tak ingin disebut pujangga, bodoh ataupun liar

cukup sebagai penyuka puisi dan cerpen "





Juni 16, 2011

Duduk Bicara



Sejenak kumemandang lingkungan sekitarnya
Ada perasaan aneh serta merinding bulu sekujur tubuhku
Getaran jiwaku mulai membakar semua perasaan itu
Namun karena tempaan jiwa jualah yang mampu mengendalikan semuanya
Gejolak  bergemuruh perlahan tapi pasti mulai menurun
Aku menarik nafas dalam-dalam
Sudah sekian hari aku duduk menunggu dengan sabarnya,
Menanti kedatangannya, akhirnya engkau datang, tapi jauh dariku
Kucari, kujemput dan kuajak kau bicara .....,
Kududukkan kau, agar tenang, tenteram dan damai di hatimu
Duduk bicara dengan santun harapanku
Tapi apa yang terjadi, luapan emosimu begitu besar
Berefleksi sembilan puluh derajat

Kau terbakar dengan hawa nafsumu
Kau takut merasa disaingi
Kau takut karena telah terjadi,
Sehingga kau cepat-cepat mau  menghabisiku
Kau mencaci makiku, kau menyebut-nyebut kemampuanmu terhadap leluhur
Kau juga memamerkan kekayaanmu, kehebatanmu,
Kau mengatakan bapakku tak mampu apa-apaaa ....
Kau begitu bangganya atas kekayaanmu, begitu sesumbar kau didepanku,

Dalam hatiku, aku berkata, aku tidak gentar padamu, aku juga nggak takut mati, rupanya kau belum tahu siapa aku, aku bukanlah yang kau kenal waktu bayi

Aku nggak kau berikan kesempatan bicara
Kau bilang aku sombong, kau bilang aku bangsat dan entah apa lagi
Engkau mau memukulku, kuberikan alat dan kucarikan kau kayu, engkaupun tidak puas,langkah kakimu ringan masuk dapur ambil kampak, untuk membunuhku
Aku pandangi tanganmu ringan mengayunkan kampak,
Kampak berayun berkali kali laksana bunyi lebah menyambar
Di atas, di samping serta di muka kepala, namun aku tetap diam,
kau kampaki aku ibarat kayu api, mau dibelah-belah

Tapi sayang seribu sayang kau ketemu kayu yang kenyal.   ....
Tak seperti apa yang kau bayangkan, hanya sedikit luka,
Menjadi bukti bahwa aku duka, pedih,perih karena getahnya,
Akan membekas sampai akhir hayatnya

Dikubu, 28 Pebruari 1993
by_G u s t  Y o u r l l