Laman


"tak ingin disebut pujangga, bodoh ataupun liar

cukup sebagai penyuka puisi dan cerpen "





Mei 15, 2011

“Kau Kujadikan Korban, Untuk Mengorbankan harga diriku sendiri”

     Kau tenggelam dalam goresanmu sendiri, hingga kau rebah menggantang harapan yang seharusnya tak kau harap untuk hadir. Dia hanyalah apa…., laki-laki kerontang
    
     Dengan lahap kau imbangi apa yang Dia sebenarya mungkin tidak ingin melakukan hal itu. Asmara bukan, Kekasih bukan, Cinta bukan, Kasih Sayang apalagi.

     Apa yang Dia katakan sebelumya tidaklah salah dan tidak perlu dipermasalahkan, semuanya. Dan ternyata benar terjadi apa yang Dia katangan sebelum peristiwa itu.
Suara sumbang selalu terdengar disetiap saat, memekakkan telinga walau hanya mengalun perlahan dari telinga satu sampai ke yang lain disekelilingnya.

     Aib tetap aib tak hanya harus ditanggung dengan menutup telinga. Apalagi harus membisu tanpa mengeluarkan suatu jawab atas setiap pertanyaan yang terlontar, haru…

     Kasihan Kau telah mengorbankan dia sebagai laki-laki terhormat, sosok yang menjadi panutan orang-orang disekitarnya terutama dalam keluarganya. Dia adalah korban dari keangkara murkaan nafsumu yang begitu lama kering bak kehausan ditengan padang luas yang panjang terbentang, selalu mendabakan sesuatu untuk menghapus rindumu yang berkepanjangan, dendam.

Ya…. dendam rindumu membuang yang terbuang, yang tak seharusnya terbuang !..

Catatan :
Hanya sepenggal coretan kisah dari jeritan hati seorang perempuan atas kekhilafannya
Ambil hikmahnya saja, jangan terlalu cepat mengatakan siapa salah, siapa yang benar

[satu_lima][05][2011]
bymbangts